Gabut, rambut dan Poodle

bubblethif (2)Pada hari Minggu tanggal 26 April 2020, rasa kegabutan memuncak di dalam diriku. Setelah melakukan beberapa kegiatan untuk mengisi masa quarantine dan mengerjakan tugas tugas kulon. Perasaan gabut ini tetap hadir, membuatku harus mencari hal apa yang sekiranya mampu membuatku tetap merasa betah di rumah.

Setelah belasan menit mencari-cari, sampailah aku pada sebuah pernyataan dimana aku ingin mengubah penampilanku. Ya, aku memutuskan untuk memotong sendiri poniku. Ini adalah salah satu keputusan ternekat yang pernah ku buat. Sebelum mengeksekusi rambutku,  aku berinisiatif  untuk mencari bentuk dan jenis poni yang akan ku gunakan.

Aku membrowsing gambar di internet. Tak butuh waktu lama, aku berhasil menemukan bentuk dan jenis poni yang ku inginkan. Tanpa membuang buang waktu, aku segera keluar dari kamar dan mulai mencari alat dan perlengkapan yang ku butuhkan. Aku menyusuri tiap ruangan di rumah untuk mendapatkan benda yang ku butuhkan. Gunting, sisir dan koran, itu adalah tiga hal utama yang ku butuhkan.

Aku pun segera menuju kembali ke kamar dan bersiap mengeksekusi rambutku dan mengubahnya menjadi poni. Aku duduk di depan kaca setelah membentang koran di lantai yang akan ku duduki. Kemudian aku mulai membagi rambut yang akan ku ubah menjadi poni. Setelah ku rasa cukup dan tepat, aku pun mengikat rambut yang tidak akan ku gunting agar tidak terjadi kebingungan ketika pemotongan rambut nanti.

Secara perlahan, aku pun mulai menggunting poniku hingga menjadi sepipi. Lalu kulanjutkan lagi hingga berhasil sehidung, ku sisir untuk melihat apakah sama panjang atau tidak. Setelah itu kembali ku gunting hingga semata. Perlahan ku sisir dan ku rapikan poni ku. Saat ku lihat diriku di cermin, ternyata hasilnya tidak seburuk yang ku pikirkan.

Apalagi setelah aku memfoto diriku dan mengirimkannnya pada teman-temanku dan menjadikannya status di Whatshap. Respon mereka sangat baik, banyak yang memuji hasil potonganku dan membantu ku untuk percaya diri.

Sayangnya, itu tidak bertahan lama, karena semakin lama melihat hasil potongan poniku, sisi perfeksionis ku muncul. Pelan-pelan pikiranku menciptakan visualisasi poodle ketika aku tengah berkaca. Ya, dan orang-orang di rumah pun berpendapat sama, terutama adik dan ayahku. Dan sejak hari itu aku dipanggil poodle karena potongan poniku yang mengingatkan tentang seekor poodle wkwkwk

Tinggalkan komentar